Kini manusia mulai terkungkung oleh kepalsuan hidup, menurut Erich Fromm hal ini terkait gejala reifikasi (pembendaan obyketivikasi) dan alienasi (manusia menuju keterasingan).
Oleh: Lukni An Nairi
KANDANK WARAK - Sungguh luar biasa hebatnya negara
Indonesia, setelah dinyatakan sebagai negara maju oleh Amerika. Kita menyambut kemajuan
negara di era globalisasi seiring perkembangan teknologi dan informasi. Sambutan
tersebut dengan memanfaatkan produk, kita tidak bisa lepas dari gadget,
android, HP untuk berselancar di ruang media maya baik media sosial seperti
Instagram, Whatshapp, Twitter, Facebook, maupun media onilne.
Begitu juga dengan teknologi transportasi, setiap rumah
tangga minimal memiliki kendaraan maupun sepeda motor. Di perumahan kota-kota
besar, satu rumah tangga bisa memiliki dua hingga empat sepeda motor dan
memiliki mobil. Terkadang memiliki mobil lebih dari satu, meski tidak memiliki
ruang untuk parkir mobil. Sehingga jalan umumpun digunakan untuk tempat parkir.
Mantap betul, perkembangan ini seperti memang
dipersiapkan sesuai fitrah manusia yang memiliki keinginan (desire),
keingintahuan (curiosity), dan kebutuhan (needs) terhadap jagat
realitas (reality).
Berapa hari kita mampu meninggalkan produk teknologi atau
berapa jam kita mampu tidak bersinggungan dengan dengan android dan motor
maupun mobil. Seberapa sayang kita dengan produk tersebut, bagaimana jika
produk teknologi dirusak oleh anak kita yang masih usia anak. Apakah kita
marah?
Kita kan orang Indonesia yang paling hebat di belahan
dunia ini, kita tidak mungkinlah dikuasai kemajuan teknologi komunikasi maupun
transportasi. Justru orang-orang Indonesia sangat ramah terhadap produk teknologi,
jika ada peluncuran produk terbaru kita bersegera mendapatkannya.
Lalu, seiring laju pertumbuhan penduduk dan kebutuhan
manusia, bagaimana perkembangan bidang kesehatan dan lingkungan hidup?
Bill Gates pendiri Microsoft pada April 2018 dalam
diskusi tentang Epidemi yang diselenggarakan Massachusetts Medical Society dan
New England Journal of Medicine. Bill Gates menyampaikan skenario besar yang
akan terjadi dari perkembangan virus, pemerintah di setiap negara harus bersiap
menghadapi ancaman wabah Virus Corona.
Gates benar, di akhir tahun 2019 dikejutkan dengan
kejadian pandemi Virus Corona atau Covid-19 yang terjadi di Wuhan China. Lalu Covid-19
menyebar ke berbagai negara, dalam tiga bulan sudah satu juta lebih orang
terpapar positif Covid-19. WHO pun akhirnya menetapkan penyebaran Virus Corona sebagai
kondisi darurat global.
Sebelum Covid-19 dunia pernah dikejutkan beragam jenis
viurs, pada tahun 1976 muncul Virus Ebola, tahun 1996 dengan virus Flu Burung
atau H5N1. Tahun 2003 di China muncul Sindrom Pernafasan Akut Berat atau Virus
SARS. Pada tahun 2012 di Arab Saudi mucul virus MERS yang juga merupakan
penyakit pernafasan yang disebabkan oleh virus corona berkode MERS-CoV.
Kenyataannya perkembangan teknologi informasi dan
transportasi tidak diimbangi dengan teknologi kesehatan. Meski kita betul-betul
mempercayai, bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya dan yang tidak ada obatnya
cuman penyakit pikun.
Kemajuan teknologi era digital, telah mengkapitalisasi
teknologi yang sangat berdampak pada bidang kesehatan dan lingkungan hidup
menjadi korban utama. Upaya eksploitasi alam, dan tidak dapat dipungkiri juga
virus-virus kebanyakan disebabkan oleh hewan. Hal ini karena kita
over-eksploitasi dalam memanfaatkan alam.
Perilaku over-eksploitasi terhadap teknologi informasi,
transportasi, dan alam inipun merambah pada kehidupan personal manusia. Sehingga
memunculkan beragam penyakit-penyakit sosial, seperti banyaknya kasus
perceraian, bunuh diri, narkoba, pembunuhan, psikopat, dan korupsi. Frijof Capra
berpandangan bahwa hal tersebut merupakan bentuk penyakit-penyakit peradaban. Begitupun juga penyakit oligarki politik dan oligarki ekonomi yang mengerogoti isi pemerintahan.
Kini manusia mulai terkungkung oleh kepalsuan hidup,
menurut Erich Fromm hal ini terkait gejala reifikasi (pembendaan
obyketivikasi) dan alienasi (manusia menuju keterasingan). Kini robot-robot
manusia telah menghayati dirinya sebagai benda dan obyek, pada gilirannya
tujuan hidup adalah kumpulan fakta-fakta kosong tanpa makna dan nilai.
Manusia mengalami perasaan keterasingan dari segala
sesuatu; sesama manusia, bersama alam, dan Tuhan. Ya...kita ini seperti seperti
kata Chairil Anwar, “Aku adalah binatang jalang, dari kumpulan yang terbuang.”
Kita bukan lagi menjadi sosok khalifah bumi atau manusia sesunguhnya. Sudah jadi
binatang, itupun terbuang dari kumpulannya.
Virus Corona inipun beragam tanggapan dalam menanganinya
mulai dari social distancing, stay at home, work at home, hingga lockdown. Sebagai
sebuah tanda, bahwa manusia telah lelah, begitu juga alam lelah menghadapi
perilaku manusia. Alam ingin memperbaiki dirinya, alam berusaha memusatkan kembali
energinya.
08/04/2020
Video pilihan: