Begitu pentingnya oksigen, sampai-sampai disebutkan beberapa ayat dalam Al Qur’an. Salah satu ayat yang menarik adalah surah Al-Waaqi'ah (56) ayat 71-72, yang terjemahannya adalah sebagai berikut : “Tidakkah kamu perhatikan api yang kamu nyalakan. Kamukah yang menjadikan pohon itu (syajarataha) atau Kami-kah yang menjadikannya?”
![]() |
Kabut awan di puncak Gunung Ungaran |
KANDANK WARAK - Hampir semua mahluk hidup membutuhkan oksigen, kecuali beberapa jenis bakteri tertentu yakni anaerob, yang justru akan mati terbakar jika bersinggungan dengan oksigen. Manusia dan binatang membutuhkan oksigen untuk membakar sari-sari makanan dan menghasilkan energi agar dapat bergerak. Tanpa oksigen semua mahluk hidup yang bernafas akan mati hanya dalam hitungan detik atau menit.
Begitu pentingnya
oksigen, sampai-sampai disebutkan beberapa ayat dalam Al Qur’an. Salah satu
ayat yang menarik adalah surah Al-Waaqi'ah (56) ayat 71-72, yang terjemahannya adalah
sebagai berikut : “Tidakkah kamu
perhatikan api yang kamu nyalakan. Kamukah yang menjadikan pohon itu
(syajarataha) atau Kami-kah yang menjadikannya?”
Disini sekali lagi
pemilihan kata di dalam Al-Qur'an membuktikan bahwa Qur'an adalah memang benar diturunkan
dan berasal dari Allah. Surah 56 ayat 72 menggunakan kata "syajarataha" yang artinya
"pohon itu" (di banyak terjemahan bahasa Indonesia mengartikannya
sebagai "kayu itu"). Kayu sendiri dalam bahasa arab adalah "khusyub", seperti yang digunakan di
surah Al-Munafiqun (63) ayat 4 : “Mereka
adalah seakan-akan kayu (khusyubun) yang tersandar ...”.
Menarik untuk
diperhatikan bahwa Allah menggunakan kata "pohon itu" (syajarataha), bukannya "kayu
itu" (khusyubuha) dalam
kaitannya dengan penyalaan api. 15 abad yang lalu ketika ayat ini diturunkan,
bahkan masih ada sampai sekarang, dalam menyalakan api, manusia menggunakan
potongan-potongan kayu dan menggosok-gosokkan potongan kayu tersebut.
Sepertinya tidak ada yang menggunakan "pohon" untuk menghasilkan api
untuk keperluan sehari-harinya. Akan tetapi Qur'an memakai kata
"pohon" dan bukannya "kayu" untuk menjelaskan mengenai api.
Pembakaran butuh oksigen
Satu sifat api adalah
agar dapat bertahan, ia membutuhkan oksigen. Tanpa oksigen, api akan segera
padam, karena tidak akan dapat melakukan reaksi kimia yang mana membutuhkan
oksigen. Seperti yang kita ketahui, pohon melakukan fotosintesis yang dapat
mengubah karbondioksida dan air menjadi glukosa dan oksigen.
Oksigen ini akan
dilepaskan oleh pohon sebagai hasil tambahan dari fotosintesis. Dengan oksigen
inilah sehingga manusia dapat menyalakan api. Oleh karena itu setelah Allah SWT
melalui Al-Qur'an menyatakan "Tidakkah
kamu perhatikan api yang kamu nyalakan?" Allah langsung bertanya " Apakah kamu yang menjadikan pohon itu
ataukah Kami yang menjadikannya?" Karena tanpa pohon, tidak akan ada
oksigen dan tanpa oksigen tidak akan ada api.
Jadi, fakta yang baru ditemukan
pertengahan abad ke 18 (mengenai fotosintesis) telah di jelaskan oleh Al-Qur'an
15 abad yang lalu. Tentu saja, 15 abad yang lalu tidak ada yang menyadari
maksud sebenarnya dari ayat ini, karena istilah oksigen dan fotosintesis sama
sekali belum dikenal pada masa itu, terpikirkan pun mungkin tidak, sehingga
"syajarataha" dalam ayat
ini ditafsirkan oleh para ahli tafsir terdahulu sama dengan "khusubuha" dimana dalam membuat
api, orang menggosok-gosokkan kayu atau menggunakan kayu sebagai bahan bakar.
Oksigen dari tumbuhan
Lebih dalam lagi,
Al-Qur'an menjelaskan hal yang sama dengan narasi yang berbeda di ayat-ayat
yang lain : “yaitu Tuhan yang menjadikan
untukmu api dari pohon yang hijau (as-syajari al-akhdhari), maka tiba-tiba kamu
nyalakan daripadanya" (Q.S. Yasiin: 80)
“dan Dialah yang menurunkan air dari
langit, lalu kami tumbuhkan dengan itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami
hasilkan dari itu "sesuatu yang hijau" (khadiran), Kami keluarkan
dari itu butir yang banyak ...” (Q.S. Al An’am: 99)
Di dua ayat diatas,
dimunculkan kata "akhdar" yang berarti hijau dalam kaitannya dengan
pohon (syajara) dan tumbuh-tumbuhan (nabaata). Pada surah Yaasiin, lebih
spesifik lagi dikatakan api dijadikan dari "pohon yang (memiliki)
hijau" (as-syajari al-akhdari), karena hanya pohon yang memiliki zat hijau
daun atau yang dikenal sebagai klorofil yang dapat melakukan fotosintesis dan
menghasilkan oksigen. Klorofil dalah zat yang berperan untuk mengubah cahaya
matahari menjadi energi yang dibutuhakan tumbuhan untuk mengubah karbondioksida
dan air menjadi glukosa serta menghasilkan oksigen. Tanpa klorofil,
tumbuhan-tumbuhan tidak akan dapat melakukan fotosintesis yang tentu saja tidak
akan dapat menghasilkan oksigen sehingga api pun tidak akan dapat dinyalakan.
Di surah Al-An'aam ayat
ke 99 Allah melalui Quran menyatakan " fa-akhrajna (lalu Kami keluarkan/ hasilkan/
adakan) min'hu (darinya) khadiran
(sesuatu yang hijau)". Selanjutnya dikatakan bahwa sang
"khadiran" atau "sesuatu yang hijau" atau istilah populernya
"klorofil" tersebut mampu
menghasilkan bagi tumbuh-tumbuhan butir yang banyak, karena dengan adanya
klorofil maka proses fotosintesis dapat berjalan sehingga menghasilkan makanan
yang dibutuhkan bagi tumbuh-tumbuhan untuk menghasilkan buah.
Jika di surah 36 dan 56
di atas Allah menggunakan kata "syajara"
atau "pohon" dalam kaitannya dengan api, maka dalam menjelaskan
"sesuatu yang hijau" atau khadiran di surah 6, dimana tidak
disebut-sebutkan kaitannya dengan api, Allah memasangkannya dengan kata "nabata" atau
"tumbuh-tumbuhan". Hal ini karena jika terkait dengan api, "syajara" atau "pohon"
selain menghasilkan oksigen, juga memiliki kayu yang juga dibutuhkan dalam
membuat api sebagai bahan bakarnya.
Masih di surah Al-An'aam
ayat ke 99, di akhir ayatnya Allah berfirman : “... Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan
pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.”
Disini Allah secara
spesifik menekankan kita untuk memperhatikan keadaan buah dan sekitarnya, mulai
ketika buah tersebut masih muda sampai menjadi matang, bagaimana keadaan
daun-daun di sekitar buah tersebut, sampai akhirnya pohon tersebut akhirnya
tidak menghasilkan buah lagi. Dari daun yang awal mulanya berwarna hijau
menjadi mulai memudar dan menjadi berwarna kuning (disebagian jenis pohon),
akibat sel-sel hijau daunnya telah mati.
Demikianlah Allah
menunjukkan tanda-tandanya kepada manusia, sebagaimana yang difirmankan-Nya
dalam surah Fushshilat ayat 53 : “Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segenap ufuk dan pada
diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah
benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu?”. (Alfin Hidayat)