Dua hal penting yang membuat pendapat kerap keliru tentang alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berupa bantuan. Bahkan dari seorang ekonom.
![]() |
Awalil Rizky |
Oleh: Awalil Rizky
(Dewan Pembina Barisan Nusatara)
KANDANK WARAK - Dua hal penting yang membuat pendapat kerap keliru tentang alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berupa bantuan. Bahkan dari seorang ekonom.
Pertama, kurang melihatnya sebagai "aliran uang" yang terkait waktu. Misal bantuan sosial (bansos) senilai 400 triliun dibelanjakan untuk berapa lama dan bagaimana polanya. Untuk setahun berbeda dengan 6 bulan. Tahap dibelanjakan sebanyak 1, 3, 6 atau 12 kali akan memiliki dampak berbeda.
Kedua, kurang memperhitungkan aspek perilaku, aksi-reaksi, dari para pihak yang terkait alokasi anggaran. Pengaruh apa bagi yang akan dapat kucuran. Sikap dan tindakan bagaimana yang mungkin terjadi jika mereka menerima.
Sudut pandang bantuan sosial umumnya terlampau optimis dan berasumsi menjadi "tambahan" sepenuhnya bagi penerima. Dalam beberapa kasus, sebagian bantuan bersifat "substitusi", membuatnya kehilangan kemampuan dan atau kemauan melakukan sesuatu.
Aspek kedua ini dapat diperluas pada perilaku para pihak lain yang tidak menerima bansos tapi mengetahui bahkan secara langsung. Dampaknya beragam, mulai dari sekadar soal relasi sosial, hingga menganggap mereka yang memperoleh telah memiliki uang yang cukup lumayan. Yang mudah dilihat adalah reaksi kenaikan harga (inflasi).
Kondisi bisa menjadi lebih kompleks jika aspek pertama dan kedua berkelindan. Misalnya, inflasi sudah terjadi, padahal para pihak belum menerima bansosnya.
Dan jangan dilupakan, tiap aliran bansos, apalagi jika bersifat "mendadak" atau "aturan main" belum diketahui semua pihak, selalu rawan kebocoran karena moral hazard.
Seperti yang dikatakan di awal, kedua aspek ini kerap membuat analisa dampak menjadi keliru. Dan justru lebih sering berasal dari para pengambil kebijakan. Dapat dikatakan bahwa bantuan sosial bukan soal jumlahnya saja, melainkan tentang desainnya dan terutama bagaimana dilaksanakannya.
"Setan dalam soal anggaran bantuan sosial pandai bersembunyi pada bagian detilnya."
Mari berpartisipasi menyampaikan masukan, ikut mengawasi kebijakan bantuan sosial, dan tetap lah turut berupaya membantu sesama.