Eko Tunas Oleh: Eko Tunas (Budayawan) KANDANK WARAK - Keris sebagai karya budaya berubah menjadi alat membunuh terjadi p...
![]() |
Eko Tunas |
Oleh: Eko Tunas
(Budayawan)
KANDANK WARAK - Keris sebagai karya budaya berubah menjadi alat membunuh
terjadi pada era kerajaan Singhasari. Bayangkan pada abad berapa nenek-moyang
kita menemukan besi (mulia+meteor?) untuk membuat keris. Mengapa mereka tidak
membuat benda produksi paku dll, tapi mencipta karya budaya bernama keris.
Itulah dimulainya politik kebudayaan di nusa-antara. Akan
tetapi karya budaya itu kemudian diubah oleh Ken Arok menjadi sekadar alat.
Keris menjadi panglima. Ingat -- PKI yang menjadikan politik sebagai panglima.
Kemudian sekarang, politik reformasi menjadikan hukum sebagai panglima.
Sesungguhnyalah, Ken Arok, seorang penyamun pada jamannya, ingin menjadikan
dirinya sebagai panglima.
Ken Arok memesan keris kepada Empu (Budayawan) Gandring.
Kemudian dengan alasan karya budaya itu belum sempurna, Arok menikam mati sang
budayawan. Boleh dikatakan di sinilah mula kematian kebudayaan di era
Singhasari. Apa akibatnya?
Dengan keris Empu Gandring yang ditahbiskan sebagai
kepanglimaan dirinya, Ken Arok membunuh raja berkuasa Tunggul Ametung. Kemudian
Ken Arok dibunuh oleh Anusapati. Demikian, hingga tujuh elit Singhasari mati di
luk lekuk keris Empu Gandring, sebagai penahbisan politik sebagai panglima. Ingat
sesanti Renne Descartes: politik is vuil (politik adalah kotor). Ingat pula
peristiwa politik 1965, yang berakhir dengan kemenangan politik otoriterian
orde baru.
Ditilik dengan kondisi politik sekarang, di era reformasi,
politik di era Singhasari itulah sebenarnya sejelas-jelasnya politik. Bagaimana
Ken Arok ingin berkuasa, Tunggul Ametung dibunuh lalu Arok berkuasa. Kemudian
Anusapati ingin berkuasa, Ken Arok dibunuh, Anusapati pun berkuasa. Demikian
seterusnya.
Nah, sekarang di era modern atau milenial, apa yang terjadi.
Intrik dua kubu terus berlangsung atasnama masing-masing klaim kebenaran. Hoax
yang hakikatnya saling fitnah dengan racun kebencian terjadi dengan alasan
pembunuhan karakter. Entah sampai kapan kondisi penuh fitnah dengan kebencian merasuki
anak-cucu terus berlangsung.
Padahal Nabi Besar Muhammad SAW pernah berkata: fitnah lebih
kejam dari pembunuhan.
Video pilihan: