Banyak yang bingung cari masker sebagai salah satu alat pelindung diri. Ada yang menelepon dan meminta agar sanggar membuat masker dengan memanfaatkan perca. Ada juga pesan masuk melalui WhatsApp yang intinya menawarkan masker. Tentu dengan harga yang edan bin kenthir.
![]() |
Edhie Prayitno Ige |
Oleh: Edhie Prayitno Ige
(Bapak satu anak dan penyuka anggrek gratisan)
KANDANK WARAK - Banyak yang bingung cari masker sebagai salah satu alat pelindung diri. Ada yang menelepon dan meminta agar sanggar membuat masker dengan memanfaatkan perca.
Ada juga pesan masuk melalui WhatsApp yang intinya menawarkan masker. Tentu dengan harga yang edan bin kenthir.
Tiba-tiba saat membuka status WA Srengenge, ia ikut menawarkan menyediakan masker. Entah darimana ia punya stok.
Setengah jam kemudian terdengar suara cekikikan dari kamar. Makin lama frekwensi dan intensitas ngakak Srengenge makin keras.
"Ada apa sih nok?"
"Temen-temenku sekelas pada order masker. Aku kan tadi bikin penawaran di status WA," jawabnya.
"Emang kamu punya masker?" saya penasaran.
"Ada pak. Banyak banget malahan. Kan tiap ada yang jalan-jalan aku selalu minta oleh2 masker," jawabnya.
"Lha kok tadi ketawa kenapa?"
"Lha semua pada serakah, pesen sampai 10 keatas. Trus aku jelasin kalau stok terbanyak itu yang bengkoang. Kalau masker lumpur tinggal dikit. mereka malah ngomel2," Srengenge menjelaskan.
Saya langsung membayangkan andai pembeli maskernya Srengenge jalan naik motor, kira-kira jadi seperti foto ini.
Nah, jadi yang namanya belajar di rumah secara online itu bukan sekadar memberi tugas ke murid, namun juga belajar iseng. Belajar merawat nilai kemanusiaan, meski mendapat makian tela sekalipun.
Video pilihan: