Peristiwa tingginya paparan covid-19 coronavirus seperti menjadi etalase negara dalam penanganannya. Semua lembaga negara banyak yang berbicara dan saling curiga
![]() |
Edhie Prayitno Ige |
Oleh: Edhie Prayitno Ige
(Bapak Satu Anak dan Suka Anggrek Gratisan)
KANDANK WARAK - Peristiwa tingginya paparan covid-19 coronavirus seperti menjadi etalase negara dalam penanganannya. Semua lembaga negara banyak yang berbicara dan saling curiga.
Masyarakat ikut panik, bahkan di awal ada belanja yang kenthir-kenthiran karena panik. Beli masker satu boks isi 5 dengan harga Rp 1 juta.
Padahal jika terpapar dan dengan penanganan tepat angka kematian tidak setinggi demam berdarah dengue. Itupun biaya pengobatan justru ditanggung negara.
Saya tiba-tiba teringat sebuah cerita. Kali ini cerita dari Romawi Kuno.
Alkisah dalam sebuah perang memperebutkan distrik praetoria, ada seorang prajurit yang sangat berani. Badannya kurus, kecil tapi punya nyali.
"Aku tidak ingin mengirim legiun dalam jumlah besar. Hanya kau seorang yang menjadi harapan untuk memenangkan perang ini. Pergi dan bunuhlah seratus prajurit musuh, bawa helm-nya kemari," kata Konstantinus.
Prajurit rendahan itu lalu pulang. Ia pamit kepada keluarganya dan meminta dibuatkan seragam dengan lima warna berbeda atas biaya sendiri.
Setelah jadi berangkatlah ia. Hari pertama, ia hanya berhasil membunuh 10 prajurit musuh. Hari kedua ia ganti warna seragamnya, dan sukses membunuh 20 prajurit musuh. Hari ketiga membunuh 30 musuh.
Demikianlah, tiap hari korbannya selalu berlipat dan selalu bersamaan dengan ia ganti warna seragam. Alhasil pada hari kelima ia malah sudah sukses membunuh hingga seribu musuh. Sendirian.
Ia pulang dengan gagah. Tetap rendah hati dan nggak banyak ngomong.
"Hai prajurit, bukankah aku hanya menugaskanmu membunuh 100 musuh?" tanya Konstantinus.
"Iya benar tuan," jawab sang prajurit.
"Lalu kenapa kau bunuh mereka hingga 1000?" Konstantinus mengejar.
"Sebenarnya saya hanya membunuh 100 saja. Selebihnya karena panik, musuh itu mati sendiri dengan berbagai sebab. Saling bertabrakan, saling serang, dan beredar informasi menyesatkan sehingga jumlah musuh yang mati mencapai 1000," jawab sang prajurit.
Dari cerita ini, akhirnya lahir motif kecil dengan pola ceplok. Motif ini dinamai "Ceplok Corona".
![]() |
Batik Ceplok Corona |
Video pilihan: